MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BERSYUKUR KEPADA ALLAH SWT
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pengertian Syukur juga berarti Memuji, berterima kasih dan merasa
berhutang budi kepada Allah atas karunia-Nya, bahagia atas karunia tersebut dan
mencintai-Nya dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Allah telah
memberikan apa yang telah diberikan-Nya kepada kita, seperti halnya semua alat
indra kita serta nikmat kesehatan yang semua itu tidak bisa diukur dengan
material kita. Akan tetapi bagaimana kita harus menyikapi pemberian yang Allah
berikan kepada kita? Bahwasanya Allah menganjurkan kepada makhluknya untuk
mensyukuri nikmat yang diberikan, yaitu dengan satu hal yang mungkin kadang
manusia sendiri lupa apa yang menjadi kewajiban kita sebagai makhluk Allah,
yaitu dengan menjalankan apa yang sudah ditetapkan seperti ; Perintah untuk
menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist, Puasa,
Zakat dan lain sebagainya. Perintah atau anjuran – anjuran tersebut diatas
adalah merupakan alat ukur kita seberapa jauh kita dalam membalas rasa syukur,
serta kenikmatan dalam hal kesehatan serta hal yang membuat kita mampu untuk
memenuhi keinginan kita terhadap Allah. Akan tetapi tentu saja semua hal yang
berkaitan kenikmatan di dunia semua itu merupakan hanya kenikmatan sementara
yang nantinya akan diambil oleh Allah SWT.
Oleh karena itu,
kita sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan keridhoan-Nya
diharapkan diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh besar yang
telah Allah berikan kepada kita.
2.
Rumusan Masalah
Untuk
membahas tentang Akhlaq dengan mengangkat tema mensyukuri nikmat terdapat
rumusan masalah sebagai berikut :
1. pengertian
bersyukur kepada Allah SWT
2. Hakikat bersyukur
3. Ciri – ciri orang yang bersyukur
4. Mengapa harus bersyukur?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian bersyukur kepada ALLAH SWT
Syukur berarti ucapan sikap, dan perbuatan terimakasih kepada allah swt,
dan penggakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikannya. Nikmat
yang diberikan sangat banyak dan bentuknya bermacam2, disetiap detik yang dilalui maninusia tidak
pernah lepas dari nikmat allah, nikmatnya sanggat besar. Sehingga mausia tidak
akan dapat menghitungnya.
Sejak manusia lahir dengan
keadaan tidak tahu apa2, kemudia diberikan pendengaran , penglihatan dan hati
damai meninggal dunia menghadap allah diakhirat kelak dan ia tidak akan lepas
dari nikmat allah.
Dalam tausyiah yang disampaikan K.H M arifin ilham disebutkan bahwa
Sifat syukur dapat dibedakan menjadi 8, yaitu ;
1.
Syukur kalbiah, yaitu bersyukur kepada ALLAH SWT yang mana syukur karena berangkat dari hati karena keimanannya
kepada ALLAH SWT, ia imani bahwa semua adalah karunia ALLAH SWT bukan karenaku,
ilmuku dan bukan pula kehebatanku.
2.
Syukur akal yaitu ia muhasabah, evaluasi, renunggi, hayati dan sadari
bahwa tidak ada yang kebetulan,tidak ada yang tidak bermnaksud.
3.
Syukur jasad, ia akan gunakan tubuh ini untuk taat kepada ALLAH SWT,
karena ia menyadari ini nikmat dari-Nya serta menggunakannya dijalan ALLAH SWT.
4.
Syukur mata, ia akan selalu melihat apa yang ALLAH SWT halalkan, dan
menjaga matanya dari apa yang ALLAH SWT haramkan dengan begitu ALLAH SWT akan
memberikan kelezatan iman dalam hatinya.
5.
Syukur telingga, ia akan senantiasa mendengar hal – hal yang baik, ia pandai menjaga
pendengaran yang dimiliki dan untuk mendengar
apayang dapat menambah kekuatan
iman kepada ALLAH SWT, seperti :
mendenggarkan tausiyah, ayat- ayat Al- qur’an.
6.
Syukur tanggan, ia selalu gunakan dijalan ALLAH SWT, ia menyadari bahwa
tanggan akan dimintai pertanggung
jawaban di akhirat kelak saat mulut terbungkam.
7.
Syukur perut, ia akan jaga
perutnya untuk tidak memakan yang ALLAH SWT haramkan, ia jaga kesucian zatnya,
cara mencarinya, ia tunaikan hak- hak ALLAH SWT, ia tidak mau makan yang bukan haknya.
8.
Syukur kemaluan, ia tidak akan melakukan kemaksiatan, berzinah kecuali
ia akan melakukan jika dihalalkan ALLAH SWT.
9.
Syukur kaki , ia akan gunakan untuk menuju tempat – tempat ALLAH SWT
untuk mencari keridhoan dan tidak melangkahkan kakinya ke tempat- tempat
maksiat.
Nikmat
terbagi menjadi 2 yaitu:
1.
Nikmat yang menjadi tujuan dan
nikmat yang mejadi alat untuk mencapai tujuan. Sedangkam tujuan utama yang ingin dicapai oleh umat islam
ialalah kebahagiaan diakhirat. Ciri-
ciri nikmat ini adalah kekal diliputi oleh kebahagiaan dan kesenangan sesuatu
yang mungkin dicapai dan dapat memenuhi segaa kebutuhan manusia.
2.
kebersihan jiwa dalam bentuk
iman, dan akhlak yang mulia, kelebihan tubuh (seperti kesehatan &
kekuatan), hal- hal yang membawa sifat-sifat keutamaan seperti hidayat,
petunjuk, pertolongan dan lindungan allah swt.
2. Hakikat bersyukur
Manusia adalah makhluk ALLAH SWT yang diciptakan dalam bentuk yang
sebaik- baiknya dan diciptakan untuk
menyembah hanya kepada-Nya seraya bersyukur atas hidup untuk mencapai keduudkan
yang tertinggi diakhirat kelak. Jikalau kita fikir dahulunya kita tercipta
dengan ilmu pengetahuan yang sedikit dan hanya bisa sedikit berbuat, kini kata
memiliki banyak ilmu pengetahuan serta nikmat yang banyak.
Lantas bagaimana kita tidak
bersyukur?
Sementara balasan yang dijanjikan ALLAH SWT
apabila hambanya mensyukuri nikmat-Nya, adalah kenikmaatannya akan ditambah dan
dilipat gandakan nikmat – nikmatnya yang lain. Sebagaimana ALLAH SWT
berfirman dalam (Q.S. Ibrahim : 7) yang
berbunyi ;
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ
كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: “dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih". (Qs. Ibrahim : 7)
Orang yang selalu bersyukur ia akan selalu menginggat ALLAH SWT dalam
berdiri, duduk, sampai tidurnyapun, dari bangun tidur sampai tidur lagi ia akan
selalu berdzikir, dan tidurnya pun untuk mengumpulkan energi untuk besyukur
atas niam (nikmat ALLAH SWT). Inilah hakikat syukur dari hati, akal,lisan dan
jasad sebenarnya.
Nikmat
atau rezeki yang diterima adalah barokah ALLAH SWT, meskipun hanya kecil
dan sedikit tetapi cukup dan menentramkan hati. Karena orang yang selalu
bersyukur akan diberikan keidupan terasa menjadi tentram, damai, tenang, dan
bahagia serta terhindar dari fitnah dan azab dunia serta akhirat
3.
Tujuan bersyukur
Di saat kesulitan melanda, di saat hati telah
merasa putus asa, yang diharap hanyalah pertolongan Allah. Hamba hanyalah
seorang yang fakir. Sedangkan Allah adalah Al Ghoniy, Yang
Maha Kaya, yang tidak butuh pada segala sesuatu. Bahkan Allah-lah tempat bergantung
seluruh makhluk.
Allah Ta’ala
berfirman
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Hai
manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)
Dalam ayat yang mulia ini, Allah Ta’ala menerangkan bahwa Dia
itu Maha Kaya, tidak butuh sama sekali pada selain Dia. Bahkan seluruh
makhluklah yang sangat butuh pada-Nya. Seluruh makhluk-lah yang merendahkan
diri di hadapan-Nya.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Seluruh makhluk amat butuh
pada Allah dalam setiap aktivitasnya, bahkan dalam diam mereka sekali pun.
Secara dzat, Allah sungguh tidak butuh pada mereka”. Oleh karena itu, Allah
katakan bahwa Dialah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji, yaitu Allah-lah yang
bersendirian, tidak butuh pada makhluk-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah
sungguh Maha Terpuji pada apa yang Dia perbuat dan katakan, juga pada apa yang
Dia takdirkan dan syari’atkan.
Seluruh makhluk sungguh sangat butuh pada
Allah dalam berbagai hal
-
Makhluk masih bisa terus hidup, itu karena karunia Allah.
-
Anggota badan mereka begitu kuat untuk menjalani aktivitas, itu pun
karena pemberian Allah.
-
Mereka bisa mendapatkan makanan, rizki, nikmat lahir dan batin, itu pun
karena kebaikan yang Allah beri.
-
Mereka bisa selamat dari berbagai musibah, kesulitan dan kesengsaraan,
itu pun karena Allah yang menghilangkan itu semua.
-
Allah-lah yang memberikan mereka petunjuk dengan berbagai hal sehingga
mereka pun bisa selamat.
Di antara bentuk ghina Allah (tidak butuh pada makluk-Nya)
adalah Allah tidak butuh pada ketaatan yang dilakukan oleh orang yang taat.
Tidak memudhorotkan Allah sama sekali jika hamba berbuat maksiat. Jika seluruh
makhluk yang ada di muka bumi ini beriman, tidak akan menambah kerajaan-Nya
sedikit pun juga. Begitu pula jika seluruh makhluk yang ada di muka bumi kafir,
tidak pula mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun.
Allah Ta’ala
berfirman,
-
وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ
رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
“Dan
barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendir. Dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya
lagi Maha Mulia.” (QS. An Naml: 40)
-
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ
عَنِ الْعَالَمِينَ
“Dan
barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya
sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam.” (QS. Al ‘Ankabut: 6)
-
فَكَفَرُوا وَتَوَلَّوْا وَاسْتَغْنَى اللَّهُ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Lalu
mereka ingkar dan berpaling; dan Allah tidak memerlukan (mereka). Dan Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. At Taghobun: 6)
-
إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ
حَمِيدٌ
“Jika
kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah)
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 8)
4.
Ciri – ciri orang yang bersyukur
Dalam tausiyah yang disampaikan oleh K.H. M. Arifin
Ilham menyebutkan bahwa ada 3 ciri -ciri orang yang bersyukur, yaitu ;
a.
Orang yang bersyukur maka ia akan banyak berzikir kepada ALLAH SWT.
b.
Orang yang kurang bersyukur maka ia kurang berdzikir kepada ALLAH SWT.
c.
Orang tidak bersyukur maka orang tidak berdzikir kepada ALLAH SWT.
Dalam hal inipun Rasulullah SAW menjelaskan
bahwa siapa saja yang pada pagi harinya membaca dzikir tersebut, maka ia telah
menunaikan syukurnya pada hari itu. Dan siapa saja yang membaca dzikir tersebut
pada sore harinya, maka ia telah menunaikan syukurnya pada malam hari itu. (HR
Abu Daud, An-Nasa-i, menurut Imam Nawawi, hadits ini Isnad hadits ini bagus dan Abu Daud tidak mendha'ifkannya. Namun
menurut Syekh Nashiruddin al-Albani hadits ini dha'if)
Syekh Abul Hasan Ubaidullah al-Mubarakfuri
berkata dengan mengutip dari Imam Asy-Syaukani, "Hadits Rasulullah ini
mengandung faedah agung dan perilaku mulia, sebab hadits ini telah menjelaskan
bahwa kosa kata yang singkat dan pendek ini telah mampu menunaikan kewajiban
bersyukur.
5.
Mengapa harus bersyukur & bagai mana cara bersyukur?
Karena Jumlah kenikmatan yang Allah berikan
kepada manusia begitu banyaknya, dan sekiranya manusia bermaksud menghitungnya,
niscaya ia tidak akan mampu melakukannya, sebagaimana ALLAH SWT berfirman dalam
QS Ibrahim: 34 :
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ
اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنسَانَ
لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Artinya :
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan
segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
dan QS An-Nahl: 18:
وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ
وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ وَالنُّجُومُ مُسَخَّرَاتٌ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ
فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Artinya :
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah,
niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Memang demikianlah adanya, yaitu bahwa
manusia tidak akan mampu mensyukuri seluruh nikmat yang Allah berikan kepada
manusia. Oleh karena itu, jangan ada perasaan, apalagi keyakinan bahwa manusia
akan mampu mengimbangi seluruh kenikmatan Allah dengan mensyukurinya. Dengan
demikian, manusia akan terus berusaha untuk secara terus menerus mensyukurinya.
Seperti yang dilakukan Rasulullah saw. Beliau terus melakukan shalat malam yang
panjang dan sangat baik, sehingga telapak kaki beliau bengkak-bengkak. Saat
'Aisyah ra bertanya, “Bukankah dosa engkau yang telah lalu dan yang akan datang
telah diampuni oleh Allah?" Maka beliau saw menjawab, "Tidakkah aku menjadi seorang hamba yang
banyak bersyukur?" (HR Muslim, no 2819).
Namun, perasaan bahwa manusia tidak akan
mampu mensyukuri nikmat Allah, bisa menjadi kontraproduktif. Ini akan
menjadikan manusia frustrasi dan putus asa untuk dapat mensyukuri nikmat Allah
dan sikap ini tentunya tidak dibenarkan oleh Islam. Oleh karena itu, ada dua
cara yang ditawarkan Rasulullah dalam hal ini, yaitu:
1.
Setiap hari hendaklah manusia menunaikan shalat Dhuha. Terkait hal ini
beliau bersabda, "Semua itu cukup
tergantikan dengan dua rakaat Dhuha” (HR Muslim, hadits no. 720).
Maksudnya, shalat Dhuha bernilai cukup untuk menggantikan kewajiban setiap ruas
tulang belulang manusia dalam menunaikan kewajibannya untuk bersyukur.
2.
Hendaklah seorang manusia merutinkan membaca dzikir pagi dan sore dengan
bacaan sebagai berikut: Allahumma ma
ashbaha bi (kalau sore membaca: Allahumma
ma amsa bi) min ni'matin auw bi
ahadin min khalqika faminka wahdaka la syarika laka, falakal hamdu
walakasy-syukru. Yang artinya "Ya
Allah, kenikmatan apa saja yang engkau berikan kepadaku pada pagi hari ini,
atau pada sore hari ini, atau yang
engkau berikan kepada siapa pun dari makhluk-Mu, maka semua itu adalah dari-Mu
semata, tidak ada sekutu bagi-Mu, maka, untuk-Mu segala puji dan untuk-Mu pula
segala syukur.
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang
diberikan ALLAH SWT kepada kita dengan kekuatan iman dan meyakini bahwa segala
sesuatu tidak ada yang sia- sia. Kita dapat mensyukuri nikmat dengan cara
berdzikir, dengan lisan kita dapat mengucapkan alhamdulilla, dengan hati
yaitu meyakini bahwa segala bentuk nikmat & berkah datangnya semata hanya
dari ALLAH SWT dan kita dapat mensyukuri nikmat ALLAH SWT
dengan perbuatan kita dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Segala bentuk syukur kita merupakan rasa terimakasih kita kepada ALLAH SWT, dan manusia yang tidak mau bersyukur maka ia akan rugi karena ALLAH SWT tidak
membutuhkan rasa syukurpun dia tidak akan dirugikan yang pada dasarnya ALLAH
SWT maha kaya akan sesuatu melainkan orang yang bersyukur ia mensyukuri untuk
dirinya sendiri.
b.
Pesan dan saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga
dapat bermanfaat dan memberikan pencarahan bagi kita khusunya dalam bersyukur
dan dapat membangkitkan kembali semagat untuk bersyukur.
Kami sangat membutuhkan pesan dan saran
pembaca apabila makalah yang kami buat memiliki kekurangan dalam menyusun, agar
untuk kedepannya akan lebih baik dari ini.
DAFTAR PUSTAKA
- Pendidikan akhlak 10, edisi revisi, untuk
SMA/SMK/ MA muhammadiyah
- Tausiyah K.H M Arifin Ilham pada peringatan
hari ulang tahun brimob ke-66 dimako,
kelapa gading, jakarta tentang bersyukur.
-www.ummy-online.com
-Esiklopedia
islam,
1 comments:
sangat membantu ...
terimakasih...
Post a Comment